Kamis, 11 Desember 2014

makalah sejarah tentang perang diponegoro


TUGAS PROJEK SEJARAH
MENGANALISA PERANG DIPONEGORO





 














Disusun Oleh :
Acitia Prabawanto (01)
XI MIA II


SMA N 1 BANTUL YOGYAKARTA
SEMESTER I / KELAS XI
2014/2015






DAFTAR ISI


Daftar Isi............................................................ 1
Bab I................................................................... 2
Bab II.................................................................. 3
Bab III................................................................ 6
Daftar Pustaka.................................................. 7






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Tokoh Pangeran Diponegoro

Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Raden Mas Ontowiryo.
Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Diponegoro mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum. Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton.

B.     Sebab Perlawanan yang dilakukan Pangeran Diponegoro

Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro. Selain itu Pangeran Diponegoro melawan Belanda karena rakyat dibelit oleh berbagai bentuk pajak dan pungutan yang menjadi beban turun-temurun dan kalangan kraton hidup mewah dan tidak mempedulikan penderitaan rakyat. Selain itu Pangeran Diponegoro ingin melawan Belanda karena Pangeran Diponegoro tersingkir dari elite kekuasaan, karena menolak berkompromi dengan pemerintah kolonial, dan Pemerintah kolonial melakukan provokasi dengan membuat jalan yang menerobos makam leluhur Pangeran Diponegoro. Hal tersebut membuat Pangeran Diponegoro ingin melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Masa Perlawanan

Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Di bawah kepemimpinan Diponegoro, rakyat pribumi bersatu dalam semangat "Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati"; sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati. Atas saran dari Pangeran Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong. Perjuangan Pangeran Diponegoro ini didukung oleh S.I.S.K.S. Pakubuwono VI dan Raden Tumenggung Prawirodigdaya Bupati Gagatan. Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden.

B.     Masa Penangkapan

Pada 28 Maret 1830 Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang, ketika itu sedang memasuki bulan Ramadhan. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Diponegoro. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April.
Atas dasar sportivitas, siapa yang kalah mengikuti yang menang, Diponegoro tanpa kehendak melawan, mengikuti putusan pemerintah kolonial, yaitu dibuang. Ia hanya minta kalau meninggal jenazahnya dimakamkan di Yogyakarta, dekat saudaranya. Hal itu terbukti tidak dikabulkan.
Tanggal 11 April 1830 sampai di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahillah). Sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van den Bosch.

C.    Masa Pembuangan

Pada tanggal 30 April 1830 keputusan pun keluar. Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Retnaningsih, Tumenggung Diposono dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertoleksono, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruno akan dibuang ke Manado. Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1830 Diponegoro dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam. Tahun 1834 mereka dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan. Terakhir pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Jawa Makassar, Sulawesi Selatan.

D.    Taktik Belanda dalam melawan Pangeran Diponegoro

1.      Belanda mengadakan sayembara untuk  menangkap Pangeran Diponegoro dengan  Hadiah 50.000 Gulden bagi  siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro.
2.     metode perang terbuka (open warfare), maupun metode perang gerilya (geurilia warfare) yang dilaksanakan melalui taktik hit and run dan penghadangan.
3.    Belanda menggunakan cara (spionase) dimana kedua belah pihak saling memata-matai dan mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan lawannya.

E.     Nilai-Nilai yang dapat diambil

Kita dapat mengambil banyak nilai-nilai dari perlawanan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro. Walaupun Belanda menggunakan taktik, siasat dan prajurit yang banyak namun Pasukan Pangeran Diponegoro tetap berani dan gigih dalam melakukan aksinya. Beberapa nilai yang dapat diambil yaitu :

1.            Keberanian
Keberanian, itulah sifat seorang Pahlawan. Keberanian untuk mengatakan dan bertindak yang salah adalah salah dan yang benar adalah benar. Keberanian merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang tertanam namun juga dapat diasah melalui pembelajaran yang terproses.  Bangsa ini sangat membutuhkan orang-orang  yang berani dalam menghadapi semua tantangan dalam negeri ini.

2.            Kesabaran
Kesabaran adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan dalam diri seorang pahlawan. Pangeran Diponegoro tetap sabar untuk berjuang bersama rakyat selama 5 tahun dan tidak tunduk kepada penjajah Belanda Kesabarannya itulah yang tetap mampu dipertahankan meski di saat-saat banyak ancaman.
Kesabaran itulah yang kita butuhkan untuk mempertahankan prinsip-prinsip hidup yang benar sesuai tuntunan Illahi bukan sekedar nafsu semata. Tidak sedikit di antara kita yang kemudian putus asa atau mencari aman saja dari tantangan yang seharusnya kita hadapi.

3.      Pengorbanan
Pangeran Diponegoro menolak untuk menjadi raja dan rela berkorban untuk berjuang untuk rakyatnya yang telah tertindas dan menderita.
Kita seharusnya mencontoh hal tersebut, karena saat banyak orang yang tidak peduli terhadap orang lain, dan kita hanya mementingkan kepentingan sendiri.


BAB III
KESIMPULAN

1.      Keberanian : Pangeran Diponegoro sadar betul akan resikonya melawan Belanda akan seperti apa. Namun, sekali lagi yang benar memang harus diperjuangkan dan yang salah perlu disadarkan untuk kemudian diluruskan.

2.      Kesabaran : kesabaran adalah daya tahan psikologis yang menetukan sejauh apa kita mampu membawa beban idealisme kepahlawanan, dan sekuat apa kita mampu survive dalam menghadapi tekanan hidup.


3.      Pengorbanan : kita membutuhkan sosok seperti Pangeran Diponegoro untuk kita tauladani baik dalam semangat maupun kehidupannya. Sosok yang dapat kita contoh dan mampu menggerakan harapan bangsa.


DAFTAR PUSTAKA





1 komentar:

  1. Borgata Hotel Casino & Spa in Atlantic City - MapYRO
    Get directions, reviews and information for Borgata 이천 출장샵 Hotel Casino & Spa 전라북도 출장샵 in Atlantic City, 강원도 출장안마 NJ. 전주 출장마사지 Located in the Marina District, this luxury resort is 군포 출장마사지 0.3 mi

    BalasHapus